Opini

Menyoal Sistem Pertanian Kita

oleh Baso Risal Fahlefi (Pegiat Sekolah Rakyat)**

Saya pernah begitu marah. Bukan kepada orang lain. Tetapi kepada diri sendiri. Saat mulai menyadari betapa timpangnya kondisi pertanian hari ini. Saat itu pemerintah begitu bangganya membagikan konsesi lahan, dan saya ikut menyuarakan ke petani bahwa hal itu bentuk perhatian pemerintah terhadap pertanian kita. Saya terlambat menyadari, apa yang dilakukan pemerintah tidak lain hanyalah gimik politik pecundang. Kenyataannya, konsensi lahan itu, 95 persen diberikan kepada swasta dan hanya 5 persen yang diberikan kepada petani. Uraian saya di bawah ini salah satu bentuk keresahan melihat sistem pertanian kita dewasa ini

***

Wajah keadilan kita kian suram.  Salah satu benjolan yang sangat nampak ialah dunia pertanian kita.Padahal nadi kehidupan manusia bisa dikata berasal dari aktivitas pertanian. Tanpa pertanian, maka tidak ada pangan. Tidak ada pangan sama dengan tidak ada kehidupan. No farm, no food, no life.

Ironisnya, 3/4 kaum miskin dunia justru berasal dari pedesaan yang notabenenya (baca : mayoritas) bekerja sebagai petani dan nelayan.  Keadaan semacam itu mengantarkan kita pada sebuah pertanyaan, sistem apa yang telah memiskinkan para petani yang merupakan pangkal dari kehidupan kita ?

Sistem ekonomi politik kita yang sangat dipengaruhi corak kapitalisme neoliberal telah mengantarkan manusia kepada kebebasan yang menyengsarakan. Alienasi, kemiskinan, kriminalitas, absurditas serta berbagai kekacauan lainnya tumbuh berkembang bersama dengan pesatnya kapitalisme neoliberal.

Sebelum masa kapitalisme, keseimbangan sosial bergantung pada hubungan timbal balik antara petani dan tuan tanah. Kapitalisme lalu mengacaukan keseimbangan-keseimbangan yang dahulu ada pada masyarakat lokal dan petani. Kaum tani dipaksa bertransformasi menjadi aktor ekonomi dan terlepas dari komitmen sosial yang terdahulu pada sanak keluarga.

Demokrasi pasar era kapitalisme membawa sistem pertanian kita tidak lagi berpaku pada aktivitas yang hidup menghidupi. Pertanian didesain untuk terus memproduksi komoditas tanpa mempertimbangkan aspek kesehatan dan keseimbangan sosial.

Cara kerja kapitalisme dalam analisis Marx tidak lepas dari akumulasi primitif. Marx membangun cara pandangnya dengan melihat kondisi historis di Inggris selama periode awal pembentukan corak kapitalisme. Ia beranggapan bahwa motif akumulasi kekayaan merupakan penggerak kapitalisme. Dan syarat awalnya adalah akumulasi modal.

Untuk menunjang keberlangsungan akumulasi modal, maka hal itu mensyaratkan kepemilikan lahan dan pengambilan nilai lebih (baca: eksploitasi) dari proses produksi dan distribusi komoditas. Pada konteks inil, untuk pertama kalinya tanah-tanah dan kekayaan alam diputuskan dari hubungan sosial pra-kapitalis dan dijadikan sebagai modal dalam sirkuit baru sistem produksi kapitalis. Di lain pihak, petani yang awalnya punya hubungan erat dengan tanah dan kekayaan alam, dipisahkan secara brutal dari hubungan itu dan kemudian dibebaskan menjadi tenaga kerja bebas– lalu menjadikan mereka tenaga kerja murah di hadapan industri.

Penetrasi kapitalisme-neoliberal mulai mencengkeram sistem pertanian Indonesia sejak digalakkannya gerakan revolusi hijau yang dianggap berhasil di Barat. Revolusi ini menjadi babak baru di dalam sistem pertanian di Indonesia. Hal ini juga menjadi penanda berubahnya sistem pertanian tradisional ke pertanian moderen.

Revolusi hijau merupakan transfer teknologi pertanian terutama benih unggul, penggunaan bahan kimia sintetis. Progam ini dianggap sebagai solusi atas kecenderungan global karena meningkatkan kebutuhan pangan seiring meningkatnya jumlah penduduk dunia. Namun demikian, tidak banyak yang mencermati bahwa relasi yang diciptakan untuk mendukung revolusi hijau telah mengekang dan merombak relasi antar petani dan negara.

Relasi pertanian kita dicirikan oleh ketergantungan petani selama beberapa dekade melalui seperangkat aturan di dalam ekonomi politik pertanian nasional yang dikendalikan oleh negara. Relasi ketergantungan ini dapat dilihat mulai dari pra-tanam sampai distribusi hasil tani. Tentu saja, relasi ini tidak terpisah dengan kepentingan global yang disinyalir punya pengaruh dalam pembuatan undang-undang dan kebijakan pertanian dan pangan.

Corak ekonomi politik kapitalisme yang mencengkram sistem pertanian kita, telah merombak sistem pertanian lokal berbasis tenaga kerja keluarga. Sistem itu lalu mengerdilkan dan mengeksploitasi petani yang berujung pada kemiskinan struktural.

Petani yang dieksploitasi tenaga kerjanya di dalam relasi pertanian global perlahan mulai menua. Naasnya, eksploitasi yang berujung pada kemiskinan ini disaksikan dengan mata telanjang oleh para generasi muda. Hal ini mempengaruhi minat kaum muda untuk terlibat ke dalam pertanian kita. Sebagian generasi muda tak memahami bagaimana eksploitasi itu berlangsung, namun yang nyata dalam pikiran dan pandangan mereka bahwa bertani itu suatu pekerjaan berat dan tidak menjamin kemapanan.

***

Kita sama-sama berharap, agar kita tiba pada masa di mana tanah dapat kita nikmati dengan bebas sebebas udara. Tidak ada lagi elit-elit yang menggunakan kekuasaannya membagikan lahan hanya untuk memperpanjang akumulasi modal para kapitalis. Ketika itu tercapai, aktivitas bertani akan menjadi penopang kehidupan masyarakat dan menjamin kesejahteraan bagi petani.

Related posts
Berita

Ratusan Warga Wajoriaja Nobar Film Ase

  Wajo — Pemutaran film “ASE: Come From Quite A Distance” menjadi salah satu rangkaian hajatan Pesta Panen masyarakat Desa Wajoriaja, Kecamatan Tanasitolo….
Opini

Tentang Moralitas Dalam Pertanian: Sebuah Nasihat Dari Petta Latadampare Puang Rimaggalatung.

oleh Baso Risal Fahlefi (Pegiat Komunitas Literasi Sekolah Rakyat) ** Pandangan leluhur kita, selalu mengendepankan laku daripada tahu. Bagi mereka, puncak dari…
Opini

Jeratan Elit Dalam Pilkada

Oleh A.Achmad Fauzi Rafsanjani ** Seorang pria duduk termenung memikirkan nasib politiknya. Keinginannya ikut serta dalam perebutan tahta di salah satu daerah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *