Opini

PSU Palopo 2025 : Babak Kedua Demokrasi

Di dunia sepak bola, tidak ada pertandingan yang benar-benar berakhir sebelum wasit meniup peluit panjang. Sejarah mencatat banyak laga penuh drama, di mana tim yang tertinggal di babak pertama mampu bangkit dan membalikkan keadaan di detik-detik terakhir. Begitu pula dengan PSU (Pemungutan Suara Ulang) Kota Palopo tahun 2025, sebuah pertandingan ulang di lapangan demokrasi, di mana rakyat kembali diberi kesempatan untuk menentukan hasil akhir.

Ingat final Liga Champions 2005? AC Milan unggul 3-0 di babak pertama atas Liverpool. Banyak yang mengira pertandingan sudah selesai, bahkan sebagian pendukung Liverpool mulai meninggalkan Stadion Atatürk Olympic Stadium, Istanbul. Tapi siapa sangka, di babak kedua, Liverpool menyamakan skor hanya dalam waktu enam menit. Laga berlanjut ke adu penalti, dan Liverpool akhirnya keluar sebagai juara dalam apa yang disebut sebagai “The Miracle of Istanbul”. Pertandingan itu dikenang bukan hanya karena hasilnya, tapi karena keberanian untuk bangkit, percaya bahwa peluang selalu ada selama waktu belum habis.

PSU Palopo 2025 adalah Istanbul Moment bagi warga Palopo. Setelah babak pertama di pilkada sebelumnya penuh kontroversi, pelanggaran, dan protes, kini wasit — dalam hal ini Mahkamah Konstitusi dan KPU — memutuskan pertandingan harus diulang. Lapangan demokrasi dibersihkan, pemain kembali ke posisi, dan rakyat kembali diundang untuk menendang bola ke gawang masa depan.

Bukan hanya di Istanbul, drama sepak bola juga tercipta di final Piala Dunia 2022 di Qatar. Argentina unggul 2-0 atas Prancis. Ketika semua orang mulai merayakan, Prancis bangkit, menyamakan kedudukan 2-2 hanya dalam hitungan menit. Messi mencetak gol, tapi Mbappé balas lagi. Skor 3-3 di waktu normal dan ekstra time. Adu penalti pun jadi penentu. Argentina akhirnya menang, tapi bukan tanpa peluh, tekanan, dan keberanian.

Bayangkan, jika Mbappé dan kawan-kawan menyerah saat tertinggal 2-0, laga itu hanya akan jadi cerita biasa. Tapi karena mereka memilih bangkit, dunia menyaksikan salah satu final paling menegangkan dalam sejarah.

Begitu pula dengan PSU Palopo. Ada sebagian orang yang merasa kecewa, muak, bahkan putus asa melihat wajah-wajah lama yang terus berputar di arena politik lokal. Ada yang menganggap, percuma ikut pemilu, hasilnya pasti sama. Tapi sejarah pertandingan mengajarkan kita: bangkit dan membalikkan keadaan itu selalu mungkin. Pertandingan ulang ini adalah kesempatan emas. Suara yang dulu diabaikan, bisa jadi gol kemenangan kali ini. TPS bukan lagi sekadar bilik, tapi titik penalti, di mana satu tendangan bisa menentukan arah masa depan lima tahun ke depan.

Lihat bagaimana PSM Makassar di Liga 1  tahun 2023. Tak diunggulkan, minim bintang mahal, bahkan harus berbagi stadion karena stadion kandangnya direnovasi. Tapi berkat kerja kolektif, semangat ewako, dan strategi yang cermat, mereka berhasil merebut gelar juara setelah 23 tahun penantian. PSM mengajarkan kita bahwa kekuatan rakyat yang solid, walau tanpa modal besar, bisa mengalahkan dominasi tim mapan.

Demokrasi Palopo juga butuh mental kayak PSM. Pemilih pemula, emak-emak di pasar, buruh harian, ASN, mahasiswa, hingga warga di pelosok — semua bisa jadi key player. Jangan biarkan lapangan kosong karena apatisme. Jangan biarkan pertandingan dimenangkan oleh mereka yang bermain curang di balik layar.

PSU bukan sekadar pemiliha ulang. Ini adalah babak kedua, injury time, sekaligus adu penalti bagi demokrasi Palopo. Semua orang berhak turun ke lapangan. Semua suara punya potensi jadi gol kemenangan. Tinggal kemauan kita, mau jadi pemain yang menentukan, atau sekadar penonton yang menyesal di akhir pertandingan.

Seperti kata Johan Cruyff, legenda sepak bola Belanda : “To win you have to score one more goal than your opponent.” Dalam konteks PSU Palopo, gol itu adalah suara kita. Satu suara lebih banyak dari mereka yang korup, dari mereka yang abai pada rakyat, cukup untuk menyelamatkan demokrasi lima tahun ke depan.

Pertandingan besar menunggu di 2025. Lapangan sudah disiapkan. Wasit sudah ditetapkan. Pemain tinggal memilih, mau main fair play atau curang. Dan publik Palopo, termasuk kamu yang membaca ini, pegang peran penting sebagai striker sekaligus suporter. Karena pertandingan ini, pemenangnya bukan sekadar kandidat, tapi seluruh warga yang peduli dengan masa depan kotanya.

Ayo, rebut gol kemenangan di TPS. Karena kalau kita golput, bisa jadi yang menang adalah tim yang seharusnya kena kartu merah.

 

Penulis : Abd.Rahman Andi (Pegiat Siamasei Institut)

Related posts
Berita

Ketua Komunitas Anak Kampong : Kami Siap Menangkan Ar-Rahman

Wajo – Calon Bupati Wajo Andi Rosman menghadiri silaturahmi bersama masyarakat Desa Pakkanna, Kecamatan Tanasitolo.  Ketua Komunitas Anak Kampong Kecamatan Tanasitolo, mengatakan jika…
Berita

Amran Tegaskan Dukungan ke Ar-Rahman di Pilkada Wajo

Wajo — Pilkada Wajo telah memasuki pendaftaran. Hingga 29 Agustus 2024, dua pasangan calon telah mendaftarkan diri pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten…
Politik

ANDI ROSMAN KEMBALIKAN FORMULIR CALON BUPATI KE GELORA

Wajo – Andi Rosman memantapkan langkahnya untuk memasuki gelanggang pilkada Wajo 2024. Tim pemenangan Andi Rosman yang diwakili oleh Muh.Ikhsan Rahman mengembalikan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *